Workplace 3

Back song: TAHITI 80

Time is 8:24PM. Overtime without over (read: extra) paying / bonus.

What I learn from this work is patience.

What I learn from this work is respect.

What I learn from this work is never give up.

What I learn from this work is time schedule.

What I learn from this work is consistence.

What I learn from this work is progress.

What I learn from this work is honesty.

What I learn from this work is humanity.

What I learn from this work is truth.

What I learn from this work is trust.

What I learn from this work is first.

I learn, still learn, and learn. What I really learn is about life…

Takut Gagal

Baru saja muncul pikiran “Kenapa sekarang takut gagal?”, tiba-tiba di timeline saya tertulis tweet dari Pak Mario Teguh. I am not his fans tapi I follow him on twitter @MTLovenHoney “Saat bayi, Anda bersedia jatuh ber-kali2 untuk bisa berdiri dan berjalan. Sekarang, mengapa Anda demikian takut jatuh?” Kebetulan? Berhubung saya tidak percaya kebetulan, jadi ini tidak bisa disebut kebetulan. Tuhan Semesta Alam yang menyebabkan saya bisa melihat tweet tersebut dan menyadari “Saya sekarang takut gagal”.

Salinan tweet Pak MT diatas memang tidak bisa ditelan mentah-mentah. Bayi kan aktivitasnya beda dengan orang dewasa. Jumlah tekanan dan bebannya pun berbeda. 100% true. Ya kan? Tapi disini saya tidak ingin memperdebatkan masalah tweet tsb benar atau tidak. Yang benar-benar saya rasakan adalah “Saya sekarang takut gagal”. Saya belum siap untuk gagal. 

Tidak mencoba untuk sok kuat, saya akui akan kondisi “mental” tsb. Tidak mudah mengakui kekurangan diri sendiri. Berbagai faktor internal dan eksternal serta pengalaman akhir-akhir inilah yang membuat pandangan saya seperti itu. Apa sebenarnya yang ditakutkan? Tidak punya uang? Cibiran masyarakat? Harga diri? Kemiskinan? Ketidakmampuan? Atau apa? Perlahan saya coba pelajari dan pahami kondisi diri. Apakah harapan dan kenyataan tidak sejalan? Alhasil, kekecewaan lah yang dirasakan. Atau apakah kurang bersyukur? Terlalu mencintai dunia kah?

Biarkan saya tengok sebentar apa akhir yang saya tuju, hingga perlahan akan nampak clearness dari paths yang seharusnya saya ambil. Namun, pelajaran yang saya dapat, faktor pembentuk mental itu bisa internal dan eksternal. Bahkan faktor eksternal bisa sangat mendominasi sehingga secara pribadi kita jadi lupa hal apa yang sebenarnya ingin dicapai.